Preparing for Christmas, day 23!


PREPARE HIM ROOM

Preparing for Christmas

Daily Meditation with St. Therese Lisieux


Day 23

Monday, 4th week of Advent

Desember 2016



Kutipan Injil:

Lalu kata Zakharia kepada malaikat itu: "Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya."

Lukas 1:18


Refleksi:


ZAKHARIA


Salah satu tokoh yang perannya penting dalam mempersiapkan kedatangan Yesus adalah Yohanes Pembaptis. Maka kurang lengkap rasanya mengenal Yohanes Pembaptis tanpa melongok keluarganya. Bagaimana orangtunya mempersiapkan diri ambil bagian dalam rencana Ilahi.
Zakharia dan Elisabeth adalah orangtua Yohanes Pembaptis yang menurut cerita sudah berusia lanjut. Bahkan Elisabeth dikenal ‘mandul’ sejak usia mudanya. Dan kini mereka sudah tua, mereka menerima ‘suratan’ bahwa akan meninggal tanpa memiliki keturunan. Sesuatu yang cukup memalukan. Apalagi mereka adalah orang terpandang. Zakharia adalah salah satu imam yang terpilih untuk melayani di ruangan maha kudus.
Dan terjadilah, ketika Zakharia sedang bertugas, ada seorang malaikat yang menampakkan diri. Dia memperkenalkan diri sebagai Gabriel. Dia memberitahukan bahwa istrinya, Elisabeth, akan mengandung dari kuasa Roh Kudus.
Tentu saja Zakharia terkejut dan sedikit takut. Yang kedua dia tidak percaya dengan apa yang disampaikan oleh malaikat. Unsur manusiawilah yang menuntunnya untuk tidak percaya. Sebab dia maupun istrinya sudah sama-sama tua. Pintu Rahim sudah tertutup. Telur yang mungkin akan dibuahi sudah lama kering. Bagaimana mungkin akan bisa hamil? Sebuah ketidak percayaan yang masuk akal.
Kemudian Malaikat Gabriel menjelaskan semuanya. Dia juga menghukum ketidakpercayaan Zakharia dengan membisukannya sampai dengan hari kelahiran tiba. Mungkin kita merasa hukuman itu kejam adanya. Tetapi baik juga agar dia tidak perlu menjawab banyak pertanyaan.
Sebenarnya, ada hal yang jauh lebih menarik untuk direnungkan berdasar kisah Zakharia ini. Setidaknya ada tiga hal yang mungkin bisa kita jadikan teladan dalam hidup sehari-hari. Atau kita jadikan cermin untuk melihat kondisi diri sendiri.

Pertama adalah soal keraguan. Melihat namun belum mampu untuk memercayai. Zakharia melihat datangnya malaikat, berbicara dengannya. Namun tidak bisa segera memercayai apa yang disampaikannya. Hal ini agak aneh mengingat siapa Zakharia tersebut.
Dia adalah seorang imam yang bertigas melayani di ruang maha kudus. Pengandaiannya, imannya cukup besar untuk memhami dan menerima rencana Allah. Tetapi dia takut melihat kehadiran malaikat dan tidak bisa langsung memercayai apa yang disampaikannya.
Saya sering mengalami hal seperti ini. Melihat kuasa Allah bekerja, namun tidak bisa segera memercayainya. Teramat sulit untuk bisa segera mengangkat hati kepada-Nya. Melihat karya kasih-Nya yang begitu besar, tetapi tetap saja hati membatu, tak segera leleh olehnya.

Hal kedua adalah sedikit “merendahkan”. Maksudnya bukan merendahkan dalam arti menganggap enteng, menganggap rendah, tetapi tidak sungguh-sugguh percaya bahwa Allah memiliki kuasa yang begitu besar.
Malaikat berkata bahwa Elisabeth, istrinya, akan mengandung dan melahirkan anak laki-laki. Zakharia tidak percaya, seperti yang saya sampaikan di atas. Ketidakpercayaan yang masuk akal. Karena mereka sudah tua dan istrinya dikenal sebagai perempuan yang mandul.
Di sinilah letak “merendahkan” itu. Dalam artian, tidak memahami bahwa Allah mampu melakukan banyak hal di luar apa yang bisa dimengerti oleh manusia. Bukankah bagi Allah tidak ada yang mustahil? Mengapa masih meragukan bahwa Allah mampu membuat perempuan tua dan mandul mampu mengandung dan melahirkan. Bukankah Dia berkuasa? Ataukah kuasa-Nya sangat terbatas? Dibatasi oleh akal manusia?

Ketiga, membuka hati bagi rencana Allah. Bagi saya kisah mengandungnya Elisabeth adalah sebuah gamabran sempurna bahwa rencana Allah itu tak pernah ada yang terlambat. Dia bisa membuat gadis 15 tahun mengandung Penebus. Namun sebaliknay bisa juga membuat perempuan tua dan mandul mengandung nabi, yang mempersiapkan jalan bagi penebus.
Allah adalah Allah, yang selalu memiliki rencana yang special. Juga dalam hidup saya. Kerapkali saya melihat dalam perjalanan waktu ini, dalam apa yang sudah saya lewati, kerap terungkap bahwa mungkin tak ada rencana Allah yang istimewa yang terjadi dalam hidup saya. Karena di sisa yang tidak tahu masih berapa lama, mana mungkin Tuhan membuat sesuatu yang berbeda? Tetapi kisah Zakharia membuat semuanya berbeda.

Tidak ada alasan lagi untuk berkata, aku terlalu tua, aku tidak memiliki apa-apa, aku tak berbakat sama sekali, aku bla-bla-bla-bla… Tuhan tetap Tuhan yang memiliki kuasa. Kalau sekarang belum Nampak sesuatu yang istimewa, mungkin Dia menyiapkannya pada bagian akhir. Save the best for the last. Buka saja hati selebar-lebarnya bagi Allah, agar Dia bekerja leluasa dan maksimal.

Salam.

Comments

Popular Posts