Kung Fu Panda

sumber foto: www.denofgeek.com
Sahabat, saya ingin bercerita tentang film Kung Fu Panda 3, bukan memberi resensi atas film tersebut. Tetapi berbagi cerita mengenai apa yang saya dapatkan setelah menonton film tersebut. 
Saya nonton film Kung Fu Panda 3 sebanyak dua kali, dan kesemuanya bukan di bioskop. Mohon maaf kepada produser film, saya nonton dari link yang dishare seorang teman. Pertama kali nonton, filmnya tidak bisa diputar sampai habis. Baru kedua kalinya film tersebut bisa  saya nikmati sampai habis. Sebenarnya saya ingin menontonnya di bioskop, sebab sensasinya lebih 'dapet'. Tapi selalu tidak memiliki kesempatan. Namun saya tidak berkecil ahti karena sejak menonton yang pertama kali, saya sudah disergap oleh rasa senang melalui pesan yang diberikan, bukan pada segala balutan animasi atau sound yang dramatik.

Cerita dibuka dengan pertarungan antara Master Ogway dengan Kay. Mereka pada awalnya bersahabat, namun karena keserakahan Kay, akhirnya mereka berpisah jalan. Pada bagian ini belum ada yang menarik hati.
Pada scene kedua mulai menarik meski belum menyentak hati. Po, panda si pendekar naga ditampilkan. Dengan segala aksi lucunya dan terlebih kenaasannya sewaktu melatih kawan-kawannya berlatih kung fu.
Pada scene berkutnyalah saya mendapatkan pesan yang akan menjadi alur cerita film secara keseluruhan. Setelah gagal mengajar, Po berencana pulang dan pensiun mengajar. Pensiun pada hari pertama mengajar. Saat itu dia bertemu dengan gurunya, Master Shi Fu. Oh iya, cara Po memanggil gurunya sedikit lucu, yaitu "Master Shifu!" Lucu, karena "master" maupun "shi fu" bermakna guru. Sudahlah, itu tidak penting. Percakapan mereka berdua jauh lebih menarik.
Po bertanya kepada gurunya mengapa memilih dia untuk mengajar kalau sudah tahu bahwa dia tidak bisa mengajar? Master Shifu menjawab bahwa cara itu ditempuh agar Po bisa melangkah lebih jauh. Jawaban ini ditolak oleh Po.
"Aku tidak ingin melangkah lebih jauh, saya lebih suka dengan diriku sendiri apa adanya yang sekarang." kata si panda.
Master Shifu menerangkan bahwa sekarangpun Po belum mengenal siapa dirinya yang sebenarnya. Jawaban ini dibantah oleh Po. Karena Po merasa tahu siapa dirinya, yaitu Panda si Pendekar Naga! Master Shifu kemudian bertanya, "Apakah artinya menjadi Pendekar Naga?"

Who Am I?

Proses pencarian jati diri,  kalau bisa disebut demikian, menjadi alur keseluruhan film. Pencarian jati diri ini tidak mudah dibutukan dua hal yang memungkinkan hal tersebut terwujud. Saya sadari, pertanyaan ini sederhana namun mencari jawabnya begitu sulit. kebanyakan enggan mencari sesuatu yang lebih dalam. Saya pernah ditanya, "ceritakan dirimu dalam 1 menit". Tidak mudah. 
Berdasarkan pengalaman, proses pencarian jati diri yang hakiki bisa bisa disebabkan oleh  dua hal (faktor). Pertama, ada kemauan besar untuk mengenal "siapakah saya sebenarnya"? Banyak orang yang tidak puas dengan apa yang kelihatan, mereka hendak menggali lebih dalam. Banyak ahli mengatakan bahwa kehdiupan manusia itu seprti gunung es. Yang nampak di permukaan hanyalah sebagian kecil. Ada bagian lain yang perlu dilihat, perlu menyelam untuk melihat di bagian dasar, bagian yang tertutup. Untuk ke sana tidak mudah, maka banyak juga yang enggan melakukan.
Faktor kedua, adalah adanya ancaman dari pihak luar. Ancaman itu bisa bermakna negatif maupun positif. Desakan pihak lain atau tuntutan tertentu yang memaksa seseorang menyelam lebih dalam mengenali dirinya sendiri. 

Kembali kepada cerita film.
Singkat cerita, muncullah tokoh lain, yaitu ayah dari Po. Selama ini, dalam kisahnya, yang menjadi ayahnya Po adalah seekor angsa. Dan kini muncul sesosok panda, datang ke kampung mencari anaknya yang hilang. Sekilas pandang kita akan langsung sepakay kalau tokoh yang baru datang tersebut memiliki hubungan dengan Po. Pertama dan yang utama adalah dari bentuknya yang tidak berbeda dengan Po. 
Tokoh yang baru datang ini bersedia mengajari Po mengenal siapa dirinya yang sebenarnya, mengajari Po menjawab pertanyaan "who am I?". Tentu saja pelajaran itu lebih efektif jika dilakukan di perkampungan panda. Di sanalah Po bisa belajar hidup sebagai panda, tidur seperti panda, makan seperti panda, berjalan seperti panda, dll.

Bagaimana dengan saya?
Seperti saya katakan di atas, film ini menarik perhatian saya bukan karena efek animasi atau sound atau yang lain, tetapi melalui pesan yang disuguhkan. Sayapun bertanya, "apakah aku sudah mengenal diriku dengan baik? siapakan aku ini sebenarnya?". Menggunakan cara Po mengenal dirinya sendiri, saya pun bertanya, "apakah cara makanku sudah seperti seharusnya manusia makan?" Jangan-jangan aku lebih suka memakan sesamaku? Jangan-jangan aku tidak memedulikan sesamaku? Apakah aku sudah tidur seperti halnya manusia mesti tidur? Apakah aku sudah berusaha menjadi manusia sebagaimana manusia seharusnya? Dan harus saya katakan, saya belum mengenal secara utuh. Saya belum menjadi manusia yang seutuhnya yang seharusnya manusia menjadi.

Kemudian saya mengambil beberapa gambar untuk menganalisa apakah saya sudah menjadi manusia atau belum. Gambar pertama adalah peristiwa sekarang, sedang gambar kedua adalah gambar yang muncul dari masa lalu, gambar yang lain adalah gambara ideal yang seharusnya menusia menjadi. Saya bandingkan gambar-gambar tersebut. Lalu saya mulai mencocokkan dan mulai memoleskan dengan warna yang lebih tegas.
Kemudian saya temukan dua hal yang harus saya mengerti. Pertama adalah, saya harus menerima siapa saya ini sebenarnya. Yang kedua, apakah saya yang sebenarnya sekarang ini sudah menjadi, atau paling kurang mendekati manusia yang ideal yang seharusnya manusia menjadi. (apakah Anda bingung dengan kalimat saya? kalau iya, jangan pedulikan. karena memang semua kalimat saya membingungkan. ini juga harus saya terima sebagai proses menegnal diri saya sendiri) 

Sebelum lebih jauh tersesat ke dalam uraian yang tidak jelas, saya kembali bertanya, apakah sekarang ini saya sudah mengenal siapa diri saya secara lebih utuh? BELUM!!!
Ya, belum. Masih ada banyak yang belum saya kenali. Ada banyak aspek yang mesti saya selami lebih dalam, ada banyak lekuk yang harus saya amati lebih teliti lagi. Pertanyaan "who am I" masih harus terus saya gemakan  agar saya tidak lupa untuk terus mengenal diri, lebih dalam dan lebih dalam lagi.

kira-kira begitu.
salam. 

Comments

Popular Posts