Joseph

Joseph adalah seorang mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Melbourne. Saya mengenalnya beberapa tahun yang lalu. Meskipun berasal dari kota yang sama, saya tidak mengenal dia sebelumnya. Perkenalan kami dimulai saat ibunya menitipkan dia pada saya. Saya juga tidak mengenal ibunya. Teman ibunyalah yang kenal dengan saya, dan memperkenalkan dia pada saya. Singkat cerita akhirnya saya berkenalan dengan Joseph dan keluarganya.
Dia lama belajar di luar negeri, bahkan sejak lulus SMP dia sudah merantau. Awalnya di Singapura dan kemudian Melbourne. Kesukaannya adalah bermain piano selain matematika dan bermain game. Sayang bahwa masa remajanya banyak diganggu sakit. Mulai dari tulang yang tumbuhnya tidak sesuai kapasitas, dll. Hal itu membuat dia kerap bertanya, "mengapa hal yang buruk kerap datang pada saya?" Saya tidak pernah menjawab pertanyaan itu. Karena saya juga tidak tahu.
Saat berada di Melbourne, dia sering mengunjungi saya di Port Melbourne. Dia tahu bahwa Gereja Port Melbourne memiliki piano, dia ingin bermain piano. Di asramanya tidak ada piano sedangkan dia kangen bermain piano, maka dia datang ke Port Melbourne untuk bermain piano.
Ada satu kejadian yang tidak pernah saya lupakan. Waktu itu kami sedang mengadakan pelajaran untuk persiapan Krisma. Dia ikut di dalamnya. Saat itu adalah pertemuan pertama. Dia bertanya bagaimana caranya suapaya bisa ke tempat belajar. Saya memberi keterangan, tuntunan melalui sms. Pertama harus naik apa, turun di mana, jalan ke mana, dst.
Pelajaram sudah dimulai tetapi dia belum datang. Beberapa kali dia menlfon, memberitahukan bahwa dia sedang dalam perjalanan. Demikian hingga pelajaran usai. Dia belum datang. Saya terus menghubungi dia, dan dia dengan suara parau menjelaskan bahwa dia tersesat. Dia salah mengambil jalan, harusnya ke kiri dan dia berjalan ke kanan. Sekarang dia berada di suatu tempat yang dia tidak tahu.
Dia bertanya bagaimana bisa kembali ke kota. Saya pada awalnya bingung, bagaimana menjelaskan kalau dia tidak tahu sedang berada di mana. Tetapi kemudian muncul ide, yaitu mencari gedung yang tinggi. Apakah dari tempatnya berada dia bisa memandang gedung tertinggi di Melbourne, Eureka Tower? Dan dia menjawab bisa. Maka saya menyuruh dia untuk mengikuti petunjuk itu. Saya meminta dia berjalan mendekati Eureka Tower. Karena di sanalah pusat kota. Dia mengikuti saran saya, dan akhirnya sampai kembali di asrama.

Jalan kebenaran
Kisah ini menjelaskan beberapa hal. Pertama, kalau kita salah menempuh jalan, kita akan mendapatkan banyak masalah. Ketika masalah muncul, kita harus menemukan satu pedoman untuk melangkah dan keluar dari masalah.
Benar atau salahnya suatu jalan ditentukan oleh tujuannya. Tujuan menentukan jalan mana yang akan kita pilih. Jika tujuan kita bersatu dengan Bapa, jalan manakah yang harus kita pilih? Jalan itu adalah Yesus. Hanya melalui Dia sajalah kita akan sampai kepada Bapa. 
Artinya, Yesus adalah contoh. Kita berjalan seperti Yesus dan bersama Yesus. Jalan yang dilakukan Yesus adalah melakukan kehendak Bapa. Maka jalan yang harus kita lakukan adalah melakukan kehendak Yesus. Kehendak Yesus sangat jelas. Kasihilah seorang akan yang lain, love one another.
Perintah ini sulit kalau kita lakukan sendirian. Kalau kita melaksanakannya bersama Yesus, semua menjadi lebih ringan. 

Pertanyaan?
Sebelum kita memulai perjalanan, ada baiknya kita bertanya kepada diri kita sendiri. Apakah kita sungguh-sungguh ingin bersatu dengan Bapa. Apakah kita sungguh-sungguh ingin ambil bagian dalam rumah Bapa? Kalau iya, maka kita harus menentukan jalan yang tepat. Kalau tidak, ya tidak perlu repot-repot.
Kedua, apakah kita sungguh mengikuti Yesus sebagai jalan kebenaran dalam hidup kita? Kalau iya berarti menjadikan Yesus sebagai panutan dan teman dalam perjalanan. Panutan seperti Eureka Tower yang dipakai Joseph sebagai panutan agar bisa kembali ke rumah. Yang tahu kebenaran jawaban ini adalah diri kita sendiri.

Hong Kong, 16 Mei 2014

Comments

Popular Posts