Nggak Jantan

Istilah 'tidak jantan' pasti muncul dari masyarakat yang mengagungkan bahwa lelaki hatus lebih baik dan selalu di depan. Seperti iklan kendaraan bermotor saja. Iya, ungkapan 'tidak jantan' atau 'tidak betina' atau 'banci lu' adalah ungkapan untuk menggambarkan seseorang yang tidak berani atau orang yang takut. Sebaiknya kita lihat contoh agar bisa memahami.

Adalah dua orang pemuda bernama WANIGELUT dan ANDAPASOR. Wanigelut berbadan besar, kuat dan dikenal suka berkelahi. Setiap ada persoalan dia selalu berani menghadapi. Dia tidak takut dengan siapapun. Bahkan orang yang lebih tuapun berani dia lawan kalau menyinggung perasaannya, termasuk orang yang tidak dikenal. Maka dia dikenal sebagai 'lelaki jantan' karena tidak takut dengan apapun dan dengan siapapun.

Berbeda dengan Andapasor. Dia lebih banyak mengalah. Bahkan ketika dia dirugikanpun dia juga mengalah. Dia tetap baik dengan siapapun. Dia tidak pernah tersinggung sehingga dia tidak pernah marah dengan siapapun. Ada yang mengtakan dia penakut. Ada yang mengatakan dia lemah. Padahal kalau mau berkelahi Andapasor pasti bisa karena dia belajar beladiri sampai mendapat sabuk hitam. Tetapi dia tidak memilih itu.

Dalam kehidupan sehari-hari, apa yang dirasakan oleh Wanigelut dan Andapasor sangatlah berbeda. Wanigelut selalu dilingkungi amarah. Ketenangan hampir tidak pernah dia alami. Dia selalu was-was, jangan-jangan akan ada orang yang mencelakainya. Jangan-jangan akan ada yang membalas dendam, dst. Karena di manapun dia berada, dia selalu melihat ada musuh berada di sana. Maka dia selalu berhati-hati.

Sedangkan Andapasor selalu tenang. Dia tidak pernah khawatir akan dijahati orang, dia tidak pernah takut akan dijahili orang atau akan ada yang membalas dendam. Dia tidak khawatir dan tidak takut karena memang dia tidak memiliki musuh. Dia tidak pernah merugikan orang lain, dan dia selalu memaafkan orang-orang yang pernah menyakitinya.

Setelah mengamati kehidupan kedua orang ini, ternyata ada perbedaan. Wanigelut sangat berani menghadapi persoalan dengan berkelahi, sedangkan Andapasor berani memaafkan orang-orang yang menyakitinya.

Tentu saja berbeda. Berkelahi dengan memaafkan adalah tindakan yang berbeda. Namun keduanya juga memiliki kesamaan, yaitu keberanian. Berkelahi membutuhkan keberanian. Memaafkan juga membutuhkan keberanian. Memaafkan yang saya maksudkan bukan sekadar kata maaf, tetapi sungguh mengalir dari hati. Dan yang tahu ya hanya yang bersangkutan. Berdasar pengalaman, memaafkan seperti ini sangat berat. Banyak orang memilih untuk menyimpan sakit hati, menyimpan dendam, dan tidak berani memaafkan.

Maka kalau ada yang berkata "Kasihilah musuh-musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menyakiti kamu," itu adalah nasihat yang sangat berat. Memaafkan, mungkin bisa dilakukan. Meskinpun kerap bersyaray. Contoh: "Oke, aku memaafkan kamu, yetapi jangan diulangi lagi ya. Awas kalau diulangi!" Atau, "Kali ini kumaafkan, lain kali tidak!"

Contoh-contoh itu hanyalah sedikit gambaran betapa memaafkan itu berat. Untuk sekali saja berat apalagi berulangkali. Maka kalau ada orang berani berkelahi berulangkali, itu biasa. Tetapi kalau ada orang berani memaafkan berulangkali, itu baru luar biasa. Karena itu saya beranggapan, orang yang tidak bernai memaafkan dan tidak berani mendoakan musih-musuhnya, mereka itu 'tidak jantan'.

Hong Kong, 15 Maret 2014, 08:59am

Comments

Popular Posts