Caleg, Jokowi, Megawati, Abraham, dan Yesus

Dengarkanlah Dia!

Caleg


Sahabat, catatan ini saya buat setelah mengikuti debat terbuka caleg dengan BMI Hong Kong. Mendengarkan paparan yang disampaikan oleh para caleg menanggapi pertanyaan penelis, saya mengambil sedikit kesimpulan bahwa mendengarkan itu sulit. Ada yg bisa mendengarkan dengan baik sehingga bisa menjawab pertanyaan dengan baik. Ada yg tidak bisa mendengarkan dengan baik. Seperti apa bentuknya, tidak perlu saya jelaskan, ngalor ngidul ga jelas begitulah.
Tidak bisa mendengarkan dengan baik berimbas pada jawaban yang tidak sinkron. Jawaban yang tidak sinkron mungkin masih bisa dipahami. Yang lebih parah dari efek kurang mendengarkan dengan baik adalah melakukan tindakan yang salah. Salah menangkap informasi, salah merumuskan masukan, akan sangat berbahaya. Bagi para caleg, ketika mereka salah mengartikan masukan dari konstituen akan berdampak buruk pada proses selanjutnya. Apalagi kalau caleg tersebut hanya mau mendengarkan dirinya sendiri, sangat berbahaya. 


Jokowi dan Megawati



Sejak hari Jumat, 14 Maret 2014 pukul 14.44, Jokowi resmi diusung oleh PDI-P menjadi calon presiden. Dalam deklarasi singkatnya, Jokowi mengatakan telah menerima mandat dari ketua umum PDI-P untuk maju sebagai calon presiden, dan beliau menerima. Jokowi mendengarkan mandat yang diberikan oleh partainya melalui ketua umumnya.

Megawati memiliki hak penuh untuk menentukan calon presiden dari partainya. Konggres partai telah mengamanatkan hal tersebut. Dibutuhkan waktu panjang bagi Megawati untuk mendengarkan berbagai masukan dan memahami situasi yang berkembang dalam masyarakat. Rupanya putri Bung Karno ini mendengarkan suara banyak orang untuk memajukan Jokowi sebagai calon presiden.


Abraham



Abraham sudah berusia tua ketika menerima perintah untuk meninggalkan kampung halamannya, meninggalkan bangsanya, meninggalkan kenyamanannya untuk pergi ke tempat yang akan ditunjukkan Tuhan. Ada janji yang diberikan oleh Tuhan kalau Abraham menuruti perintah-Nya. 

Pertama, keturunannya akan sebanyak bintang di langit dan menjadi bangsa yang besar. Kedua, namanya akan masyur dan mereka akan menjadi berkat bagi bangsa lain. Ketiga, Tuhan akan memberkati orang-orang yang memberkati Abraham. Tiga janji yang harus dibayar dengan pergi meninggalkan kampung halaman ke tempat yang tidak pernah dia mengerti.
Abraham mendengarkan perintah itu. Dia pergi membawa istrinya, dan seluruh harta bendanya. Saat itu usia Abraham 75 tahun. Dia pergi meninggalkan Haran, menuju tempat yang dijanjikan. Dia pergi karena dia mendengarkan perintah Tuhan.


Yesus



Yesus mengajak tiga orang muridnya mendaki sebuah gunung. Di sana Yesus seolah berubah rupa, wajahnya menjadi putih dan sinar terang menyelimutinya. Sekonyong-konyong ada Musa dan Elia di kanan dan kiri Yesus. Kemudian ada awan menyelubungi mereka. Dari tengah awan itu terdengar suara, "INILAH ANAK YANG KUKASIHI, KEPADANYALAH AKU BERKENAN, DENGARKANLAH DIA." Suasana itu menakutkan bagi para murid, tetapi Yesus meneguhkan mereka. "Berdirilah, jangan takut!"

Ketika para murid berdiri, Yesus tinggal seorang diri. Kemudian mereka menuruni gunung dan Yesus berpesan agar para murid tidak menceritakan hal tersebut sebelum ada kebangkitan. Para murid mendengarkan Yesus.


Kita...



Hari ini, ketika kita mendengarkan peristiwa ini, ketika kita diminta mendnegarkan Yesus, sudahkah kita mendengarkan-Nya?  Mendengarkan itu membutuhkan sikap TAAT. Taat kepada yang memerintahkan. Jika hari ini yang meminta kita mendnegarkan Yesus adalah Allah Bapa, masihkan kita tidak taat?

Kerapkali godaan untuk tidak taat, untuk tidak mendengarkan, untuk lebih memilih mendengarkan diri sendiri lebih kuat. Entah sebagai apapun, sebagai wakil rakyat, sebagai suami,s ebagai istri, sebagai orangtua, sebagai anak-anak; lebih enak mendengarkan keinginan sendiri di banding mendengarkan kebutuhan orang lain; apalagi mendengarkan Tuhan. Toh kalau kita tidak mendnegarkan Tuhan, DIA juga tidak protes. DIA diam saja. Berbeda dengan istri yang tidak mendnegarkan suami, bisa-bisa suami marah,a tau sebaliknya. 
Mendengaran membutuhkan sikap TAAT. Taat itu patuh bukan karena takut, tetapi karena hormat. Dan hormat yang sejati adalah rasa cinta. Mendengarkan Tuhan pertama-tama bukan karena kita takut, tetapi karena kita menghormati Tuhan. Dan lebih dari yang lain, kita menghormati Tuhan karena kita mencintai-Nya. Cinta itu yang membuat kita akan taat kepada-Nya, membuat kita mendengarkan-Nya. Bukankah kita mendengarkan orang yang kita cintai?


Jika kita merasa berat hati, mari kita belajar dari Santo Paulus. Dia begitu mencintai Allah, bahkan dia ingin segera mati agar bisa bersatu dengan Allah yang dia cintai. tetapi dia harus menunggu, harus menjalankan tugas yang diberikan Allah kepadanya. Dia menyadari benar cinta Allah yang begitu besar padanya. Nasihat Paulus kepada Timotius bisa kita kenakan pada diri kita.



"Allah telah memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan baik kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri."



Maka kalau kita mendengarkan Allah, bukan karena kita ini hebat, tetapi karena kita ini dicintai oleh Allah. Itu saja!



Hong Kong, 16 Maret 2014, 21:49pm


Comments

Unknown said…
Amin




Makasih mo renungaan nya



Semoga TUHAN senantiasa membimbingku dgn roh kudus nya

Popular Posts