Berdoa Bapa Kami

Sahabat, doa yang paling sering kita panjatkan di saat kita berdoa adalah doa Bapa Kami. Anda pasti sepakat bahwa doa Bapa Kami itu sederhana, singkat tetapi sangat jelas. Sayang bahwa meskipun doa itu kaya makna, sederhana tetapi jelas, tetapi kerapkali kita mendoakannya begitu saja di luar kepala. Di luar kepala yang saya maksudkan adalah tanpa penghayatan. Karena sudah hafal, maka kata-kata doa itu meluncur begitu saja.

Doa Bapa Kami memiliki dua sisi yang yang hatusndipahami. Sisi pertam adalah relasi dengan Allah, sedang sisi yang kedua adalah relasi dengan manusia. Persis seperti hukum cinta kasih yang diajarkan oleh Yesus, yaitu kasih kepada Allah dan manusia, demikianpun dengan doa. Doa adalah sebuah usaha menjalin relasi personal dengan Allah dan manusia.

Bagian pertama doa Bapa Kami, berisi tiga hal. Mengenai Nama Allah, mengenai Kerajaan Allah dan mengenai Kehendak Allah. Sedangkan bagian kedua berisi empat hal permohonan. Pertama mengenai rejeki, kedua mengenai mengampuni kesalahan, ketiga mengenai pencobaan dan terakhir dibebaskan dari setan.

Saya tidak ingin mengajak merenungkan semu butir dari doa Bapa Kami ini . Saya ingin membahas secara umum dan singkat dulu agar kita terbantu untuk lebih menghayati doa tersebut. Sebenarnya baik sekali kalau kita kupas tiap-tiap bagian, atau tiap-tiap butirnya. Mungkin suatu saat, sekarang cukuplah beberapa bagian yang cocok dengan masa pertobatan.

Kehendak Allah

Bagian pertama dari doa Bapa Kami berisi relasi manusia dengan Allah. Relasi dengan Allah ini pada awalnya baik. Akan tetapi karen manusi jatuh ke dalam dosa, maka relasi itu menjadi rusak. Salah satu tanda rusaknya relasi manusia dengan Allah adalah, manusia tidak lagi menghormati Allah. Maka relasi itu harus dibangun kembali, harus dipulihkan kembali.

Sumber utama rusaknya hubungan baik antara Allah dan manusia adalah karena adanya sikap egois yang sangat besar dari pihak manusia. Nama Allah tidak dihormati lagi, kekudusan-Nya tidak diimani lagi. Manusia hanya mementingkan keinginan dan kehendaknya sendiri. Dia sama sekali menutup hati terhadap rencana dan kehendak Allah. 

Keegoisan, atau keakuan yang besar dalam hati manusia, bukan hanya membuat Nama Allah tidak dihormati lagi, tetapi membuat tidak ada yang lain selain dirinya. Di luar aku tidak ada yang lain. Wah ini prinsip yang sangat merusak hubungan baik dengan Allah. Karena prinsip itu menjungkirbalikkan apa yang harusnya tertata. Yaitu Allah harus yang utama, Dialah Raja. 

Tetapi karena hilangnya kerendahan hati dari hati manusia, maka Allah disingkirkan. Kehendaknyalah yang meraja. Nafsu-nafsunyalah yang menguasai. Maka, kalau hubungan dengan Allah harus diperbarui, maka Allah hatus ditempatkan lagi sebagai raja. Dia harus berada di atas segala nafsu-nafsu dan keinginan kita. Bahkan kehendak Allahlah yang harus terjadi.

Ini bagian yang paling sulit. Membiarkan kehendak Allah terjadi. Biasanya, dalam doa-doa kita, kita sudah menyusun satu proposal kepada Tuhan. Saya ingin ini, saya mau yang itu, saya minta yang seperti ini, saya maunya begini, dan seterusnya. Kita datang kepada Tuhan dengan segudang keinginan dan kehendak. Bahkan kerapkali kita tidak bisa membedakan mana keinginan dan mana kebutuhan. Contoh, kita membutuhkan baju tetapi inginnya diberi sepatu, tidak nyambung.

Maka salah satu bentuk kerendahan hati adalah membiarkan kehendak Allah menguasai hidup kita. Doa bukan lagi sarana mengajukan proposal kepada Tuhan. Doa adalah sebuah usaha memperbaiki relasi yang pernah rusak. Doa adalah usaha menempatkan segala sesuatu pada tempatnya lagi. Nama Allah hatus dikuduskan, di mana Allah duduk sebagai raja dan kehendak-Nyalah yang terjadi.

Relasi dengan sesama

Relasi yang baik dengan Allah harus terungkap dalam relasi yang baik dengan sesama. Itulah yang selalu diajarkan oleh Yesus. Cinta yang begitu besar kepada Allah harus seimbang dengan cinta yang sama besarnya terhadap sesama. Di sini Yesus sungguh menekankan betapa pentingnya arti sebuah komunitas.

Manusia tidak pernah hidup sendirian. Dia selalu tergantung dengan yang lain. Bahkan soal rejeki, soal makanan harus dibagi dengan yang lain. Berilah kami rejeki pada hari ini. Berilah kami makanan yang cukup untuk hari ini. Berilah kami roti, nasi, gandum, sagu, ketela, kentang, sayur, daging, mie, yang cukup untuk hidup pada hari ini.

Mengapa hanya meminta supaya cukup pada hari ini? Ada dua alasan. Pertama, kalau kita memnita yang lebih, artinya ada jatah orang lain yang kita rampas. Tuhan Allah sudah menyiapkan masing-masing dari kita jatah yang cukup untuk sehari. Besok akan disediakan lagi yang cukup untuk sehari. Maka kalau saya menimbun, akan ada orang lain yang kekurangan, yangbterampas haknya. Jatah yang ada harus dibagi-bagi. Sehingga semua menikmati makanan yang sama, tidak ada yang kekurangan.

Kedua, kalau kita mendapatkan rejeki yang cukup untuk satu tahun, kita tidak akan datang lagi meminta kepada Tuhan. Maka Tuhan menghendaki agar kita sungguh tergantung pada-Nya. Seperti seorang anak yang sangat tergantung pada ibunya. Demikianlah kitabtergantung pada Allah. Kita memang bekerja, tetapi soal rejeki Tuhan yang membagi. Ketika kita bisa berkata cukup dan bersyukur, di situlah damai sejahtera kita dapatkan.m

Permintaan berikutnya adalah soal diampuni. Karena manusia hidup dalam komunitas, maka ampun yang diharapkan dari Allah juga selaras dengan ampun yang kita berikan kepada sesama. Ampunilah kesalahan kami seperti kamipun memgampuni yang bersalah kepada kami. 

Sejauh mana kami mampu mengampuni, maka ampunilah kami. Di sini kita diajari untuk terlebih dahulu memberi sebelum meminta. Mengampuni sebelum diampuni. Logika sederhananya adalah, kalau saya memberi banyak, saya akan diberi banyak, kalau saya mengampuni banyak saya akan diampuni banyak pula; kalau saya memberi sedikit saya juga akan menerima sedikit pula, kalau saya mengampuni sedikit saja, maka saya juga akan sedikit diampuni; kalau saya sama sekali tidak memberi maka saya juga sama sekali tidak akan menerima, kalau saya sama sekali tidak mengampuni, maka saya juga tidak akan diampuni.

Memaafkan dan mengampuni sebenarnya sederhana. Tidak sama dengan melupakan. Mengampuni seperti membuang sampah di dalam hati. Semakin kita rajin membuang sampah di dalam hati, semakin bersihlah hati kita, semakin sehatlah hidup kita. Sebaliknya, semakin malas kita membersihkan sampah di dalam hati, semakin menumpuklah kotoran itu, semakin buruklah keadaannya. Bahkan pada saatnya nanti, tumpukan kotoran itu akan menimbulkan berbagai penyakit. Ampunilah, bersihkanlah maka kita akan diampuni, hidup kita akan bersih dan sehat.

Perihal pencobaan dan pembebasan dari yang jahat kita bahas di lain kesempatam saja.

Hong Kong, 11 Maret 2014, 7.27am



Comments

Popular Posts