Jangan hilang harapan

Gunung Kelud meletus. Saya belum tahu berapa jumlah korban yang jatuh. Doa saya menyertai mereka, kiranya yang terbaik menurut kehendak Tuhan yang terjadi. Tadi pagi ketika berita ini saya baca, saya langsung menghubungi adik saya di kampung. Ada rasa khawatir karena dia tidak segera membalas. Agak siangan baru ada balasan, "kampung aman, bahkan semalam nonton letusannya dari ngebrak." Rasanya lega, tetapi getir itu tetap ada.
Letusan Kelud adalah satu dari sekian banyak bencana yang melanda Indonesia. Ada yang mendapat pemberitaan begitu hebat, ada yang luput dari pemberitaan meski derita yang ditimbulkan oleh bencana itu sama. Warga Palue sudah sekian lama menderita akibat letusan Gunung Rokatenda jarang diekspos beritnya. Mungkin banyak yang tidak tahu di mana Gunung Rokatenda berada. Padahal gunung ini mengalami letusan simultan selama hampir setahun, atau mungkin lebih.
Warga Kabupaten Karo juga menderit cukup lama karena amuk Sinanung. Belum lagi yang menderita banjir, longsor, dll. Bencana seolah datang silih berganti. Seolah ingin berlomba menunjukkan siapa yang paling hebat mengoyak hati tiap insan. Mereka seolah sedang adu tenaga guna memeras air mata umat manusia.
Mengalami itu semua ada banyak sikap bisa dilakukan. Ada yang tabah, namun ada yang menyerah. Ada yang bersikap waspada, terus bekerja menyelamatkan sebanyak mungkin manusia. Namun tak jarang ada mulut-mulut liar yang hanya menghujat. 
Musibah bisa datang karena ulah teledor manusia. Banjir karena saluran ditutup sampah, jelas perbuatan salah manusia. Jika karena perbuatan itu terjadi banjir dan banyak jatuh korban, maka yang membuang sampah sembarangan dan mengakibatkan saluran air tertutup jelaslah berdosa. Jika tanah longsor karena pepohonan habis dibabat. Yang yang membabat juga berdosa.
Namun musibah juga bisa datang dari aktivitas alam. Gempa bumi, gunung meletus, adalah aktivitas alam yang manusia tidak bisa ikut campur. Mungkin ada teknologi yang mampu memprediksi datangnya gempa, tsunami, dan gunung meletus. Tetapi kerapkali manusia tidak mampu berbuat banyak. Mungkin musibah gunung meletus atau topan badai masih bisa diprediksi, sehingga manusia bisa mengungsi sebelum bencana datang. Tetapi gempa bumi kerap datang secara mendadak.

Tuhan TIDAK menguji
Dalam situasi bencana kerap terdengar suara, "Tuhan sedang menguji manusia", atau "Tuhan sedang marah". Jika bencana datang karena ulah serakah dan tidak tahu diri manusia, maka jelas Tuhan tidak marah atau sedang menguji manusia. Bahkan Tuhan tidak terlibat apa-apa. Jika bencan itu karena aktivitas alam yang bekerja secara alamiah, itu juga bukan katena Tuhan sedang kurang pekerjaan sehingga menguji manusia atau mencobai manusia.
Mengatakan Tuhan sedang menguji manusia atas bencan yang ditimbulkan oleh kesalahan manusia adalah bentuk melepaskan tanggungjawab. Tuhan yang sebenarnya tidak terlibat sama sekali, dijadikan pihak yang harus bertanggungjawab. Biasanya alasan mereka seperti ini. "Bukankah segala yang terjadi di bumi ini atas perkenanan Tuhan? Bukankah apapun yang terjadi dalam kehidupan ini sudah diatur oleh Tuhan? Maka bencana juga bagian dari rencana-Nya."
Ungkapan-ungkapan ini seolah baik dan sangat beriman, tetapi salah. Bahwa Tuhan itu memiliki rencana dan rancangan besar adalah benar. Tuhan merancang dan merencanakan keselamatan bagi umat manusia dan bukan kecelakaan atau bencana? Tuhan memiliki konsep mengenai keselamatan bagi manusia. Bersama dengan itu Tuhan juga menanam kehendak bebas dalam hati manusia. Jika dengan kehendak bebasnya manusia melawan Allah, itu adalah suatu risiko yang diambil oleh Allah. Jika karena kehendak bebasnya manusia kemudian merusak tatanan yang diatur baik oleh Allah, itu adalah risiko yang berani diambil oleh Allah. Lantas apa yang bisa dilakukan manusia! Apa yang harus dibuat?

Jangan hilang harapan
Dalam setiap bencana, selalu ada kesuraman. Tetapi jangan pernah kehilangan harapan. Saya sudah pernah menyinggung soal harapan dalam catatan saya yang lain. Bahwa harapan itu berbeda dengan keinginan. Keinginan itu berkaitan dengan suatu barang atau peristiwa, sedangkan harapan berkaitan dengan hubungan dengan Tuhan. 
Contoh, dalam bencana banyak orang mengharapkan bantuan. Ada yang menginginkan mendapat bantuan nasi bungkus dengan lauk daging dua potong. Nyatanya dia hanya mendapat bantuan mie goreng bungkus. Maka dia kecewa dan membuang sumbngan itu. Kita menginginkan bahwa bencana tidak datang, ehhh nyatanya malah datang. Maka kita kecewa, tidak bahagia, dan marah.
Harapan bukanlah demikian. Dalam bencana orang masih melihat adanya peluang hidup yang lebih baik. Dalam bencana orang melihat adanya harapan bahwa akan ada perubahan dalam perilaku. Orang bisa melihat sesuatu yang jauh di depan, melihat apa yang tidak nampak oleh mata tetapi dirasakan oleh hati. Orang akan memiliki harapan yang kuat jika memiliki hubungan yang kuat dengan Tuhan.
Setelah letusan gunung berapi, sawah-sawah akan subur. Para penambang pasir akan mendapatkan penghasilan lagi. Para pemecah batu mendapatkan bahan baku yang sangat banyak. Setelah banjir orang mulai menata pola hidup yang salah. Mulai tertib membuang sampah pada yempatnya, mulai menyelaraskan diri dengan alam, memberi jalan dan ruang yang cukup bagi air. Memberi ruang yang cukup pada pepohonan. Dll. 
Jangan pula pernah dilupakan bahwa bencana juga akan menarik rasa kemanusiaan banyak orang. Rasa untuk berbagi, menolong dan ikut membantu mempertahankan hidup. 

Sekecil apapun, jangan hilang harapan
Ada kisah di mana banyak orang kelaparan karena mengikuti Yesus. Mereka sudah tiga hari lamanya mengikuti ke mana saja Yesus pergi. Jumlah mereka sangat banyak. Sekarang mereka seperti domba-domba yang kelaparan. Yesus sangat kasihan dengan mereka. Tetapi Yesus tidak tega menyuruh mereka pulang, karena bisa pingsan di jalan atau mengalami sesuatu yang lain yang lebih buruk.
Maka Yesus meminta par murid memberi mereka makan. Para murid juga tidak memiliki bahan makanan yang cukup. Uangpun juga sangat terbatas. Bahkan kalaupun mereka memiliki uang yang cukup, mereka blm tentu bisa memberi semua orang itu makanan yang cukup. Jumlah mereka liburan.
Para murid tidak melihat adanya peluang. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. Hingga Yesus bertanya kepada mereka soal bahan makanan yang mereka miliki. Lalu mereka mengecek persediaan, hanya ada tujuh buah roti, padahal orang yang berkumpul ada kira-kira 4000 orang. Tentu saja jumlah itu tidak cukup bahkan kalau harus dipotong kecil-kecil sekalipun. Juga kalau ditambah ikan-ikan kecil yang tersisa. Jumlah itu sangat tidak mencukupi.
Berbeda dengan para murid, Yesus melihat hal yang berbeda. Sedikit roti dan ikan harus disyukuri. Maka Yesus mengucap syukur kepada Tuhan atas tujuh roti dan beberapa ikan itu. Lantas Yesus meminta agar orang-orang itu dikumpulkan dalam kelompok-kelompok. Setelah itu Yesus meminta para murid membagi potongan-potongan roti dan ikan yang sudah didoakan oleh Yesus.
Dan mukjizat terjadi. Ribuan orang itu makan dengan kenyang, bahkan ada sisa 7 bakul. 7 potong roti dan beberapa ikan kecil itu telah mengenyangkan kira-kira 4000 orang bahkan masih tersisa. Yesus telah melakukan apa yang sebelumnya dianggap tidak mungkin. Yesus menunjukkan satu hal untuk tidak kehilangan harapan. Ada 7 buah roti kecil dan beberapa ikan. Itu hatus disyukuri. Itu adalah pintu kecil untuk mesuk ke dalam keselamatan. Itu adalah pintu harapan. Maka sekecil apapun, jangan pernah hilang harapan. Bencana boleh datang silih berganti, tetapi jangan pernah kehilangan harapan.
Harapan hanya bisa dilihat oleh mereka yang memiliki iman. Harapan hanya bisa dimilikimoleh mereka yang sungguh mengakarkan hidup mereka kepada Tuhan. Dia tidak akan marah kalaupun seluruh penghias hidupnya dicabik-cabik bencana, karena penopang hidup yang sebenarnya adalah Tuhan sendiri. 
Sungguh, pelajaran dari Yesus hari sangatlah hebat. Sekecil apapun harapan itu ada, syukuri dan persembahkan kepada Tuhan. Di balik kabut selalu ada kesegaran. Pelangi hanya mungkin jadimkalau ada sinat matahari yang menerpa rintik hujan. 

Hong Kong, 15 Februari 2014, 00:38

Comments

Ketut Astiti said…
T_T....makasih....Mo....renungan ini menjawab komentar saya di renungan "jika ya katakan ya"....T_T..... sekali lagi..Mo....makasih.....ya....saya punya harapan itu...Mo....saya masih hidup dan bernapas...saya masih punya harapan memperbaiki diri dan hati. Makasih banyak.....Mo...saya mmg harus berjuang. T_T

Popular Posts