Membakar Muffin

Ini masih cerita hidup di kost. Terutama aktivitas pagi hari saat sarapan. Karena kost, maka saya tidak bisa memilih menu sarapan seperti yang saya inginkan, misalnya sarapan pecel atau nasi goreng dengan telor mata sapi. Semua itu tidak ada. Menu sarapan yang bisa dipilih hanya ada tiga macam. Pertama sereal, yang kedua roti gandum dan ketiga adalah muffin. Ketiganya pernah saya coba. Awalnya saya selalu sarapan roti gandum. Kemudian saya mencoba sereal, ternyata perut saya menolak. Terakhir saya mencoba muffin
Baru saya tahu ternyata memproses muffin ini beda dengan roti gandung biasa. Proses 'membakarnya' lebih lama. Suatu hari ketika saya sedang berdiri menunggu muffin selesai 'terbakar', saya diledek oleh teman-teman. Mereka mengatakan demikian, "Ada ungkapan bahwa kalau sedang merebus air jangan ditunggui, karena air itu tidak akan mendidih. Kalau muffin itu kamu tunggui, dia juga tidak akan matang."
Lalu kami ngobrol soal menunggu dan waktu. Kami juga ngobrol soal proses terjadinya sesuatu, proses tanaman bertumbuh, proses pertumbuhan manusia dan masih banyak lagi. Biasanya saya tidak banyak bicara, karena lebih sibuk mengunyah. Namun saya tekun mendengarkan. Dari banyak yang diobrolkan, saya memahami satu hal, "tidak semua hal kita tahu prosesnya."
Seperti sebuah benih. entah benih apapun juga, semuanya pasti kecil. Kalau dia ditanam dan mulai bertumbuh, dia akan menjadi pohon yang besar. Seluruh proses itu tidak ada yang tahu. Ada yang lambat proses tumbuhnya ada yang cepat. 
Ada proses pertumbuhan. Seperti pohon, demikian juga manusia. Dulu kecil imut-imut, ehhh sekarang besar amit-amit. Itu juga proses pertumbuhan. Dulu pemalas, norak, jahil, ehhh sekarang alim. Dulu terkenal sebagai artis panas, ehhh sekarang menjadi calon legislatif dari partai agamis, dan masih banyak lagi.  
Anda pasti juga mengalami proses itu. kalau Anda sekarang 45 tahun misalnya, tengoklah ketika masih umur 6 tahun, kemudian beranjak 10 tahun, ketika mulai masuk SMP, ketika mulai berseklah di SMA, kuliah, bekerja mnikah, dan seterusnya. Ada sebuah proses. Ada yang berubah. Ada yang masih sama. Tetapi satu hal, apakah Anda ketika berusia 10 tahun sudah pernah membayangkan akan seperti sekarang ini? Bahkan mungkin Anda menjadi seseorang yang tidak pernah Anda bayangkan sama sekali. Pengennya mendapat pasangan tinggi langsing, dapatnya pendek gemuk misalnya. Dan masih banyak lagi.
Ada proses, ada peristiwa-peristiwa yang membentuk kita. Semuanya mengalir seperti benih yang tumbuh menjadi sebuah pohon. Ketika sudah menjadi pohon, dia tidak bisa lagi berkata, "aku ingin menjadi benih lagi." Pohon itu sudah menghasilkan benih yang lain, yang juga akan bertumbuh. Ketika kita sudah 45 atau bahkan 50 misalnya, kita tidak bisa lagi mempunyai keinginan untuk menjadi seperti saat masih 15 tahun. Yang bisa dilakukan hanya membuat semuanya menjadi lebih baik. Lebih baik menurut siapa? menurut siapa yang menanam benih itu. Kalau berbicara mengenai manusia, tetantu menjadi lebih baik seperti yang dikehendaki oleh Tuhan.
Selamat tahun baru. Kiranya Anda di tahun yang baru semakin menjadi seperti yang Tuhan kehendaki sendiri. Yang sudah lewat tentu tidak bisa kita ubah lagi. Yang bisa kita lakukan hanyalah melakukan setiap hal saat ini dengan lebih baik lagi. Tentu dengan mendengarkan instruksi dari Dia yang memberi arahan.
Arahan dari Dia yang memberi kita hidup itu berbeda dengan sarapan yang biasa saya pilih. Kalau saya bisa memilih satu atau bahkan semuanya dari tiga macam jenis sarapan yang ada. Tetapi arahan dari Dia itu tidak jelas. Terkadang malah sesuatu yang tidak pernah saya inginkan dan harapkan. Tetapi bisa menjadi menarik kalau merefleksikan arahan Tuhan menjadi menu sarapan kita setiap hari.  

Hong Kong, 31 Januari 2014, 00.00, tahun baru China


Comments

Popular Posts