Panggilan yang menggetarkan jiwa

Saya pernah ditanya oleh seorang kawan, "kalimat apakah yang mampu menggetarkan jiwa?" Dengan cepat saya menjawab, "Aku cinta padamu...". Dan ternyata jawaban saya benar. Ungkapan yang memiliki kekuatan besar, yang mampu menggetarkan jiwa dan menggerakkan adalah ungkapan "aku cinta padamu". Maka agak aneh kalau orang mendapat ungkapan, "aku cinta padamu" dan hatinya tidak tergetar. Pasti ada yang salah. Bisa jadi telinganya sedang bermasalah, atau hatinya yang bermasalah. Atau lainnya.
Mengapa saya menghubungkan telinga dengan hati? Karena keduanya berkaitan. Telinga hanyalah gerbang pertama yang menangkap suara, tetapi 'rasa' dari ungkapan itu hanya bisa dicerna oleh hati. Telinga hanya mampu menangkap suara keras atau lembut. Namun hati bisa mengurai lebih jelas, isi dari suara itu. Hati yang mampu mencerna apakah suara itu berasal dari hati yang marah, sedih, cemburu, gembira, atau dari hati yang sedang jatuh cinta. 
Maka sekali lagi, kalau telinga mendengar ungkapan, "aku cinta padamu" dan hati tidak bergetar, pasti ada yang salah. Jika ternyata telinga dan hati normal-normal saja, bisa jadi ungkapan itu hanya mainan. Tetapi kalau ungkapan "aku cinta padamu" keluar dari hati yang paling dalam, pasti memiliki daya getar. Jika demikian halnya, telinga dan hati kita yang bermasalah. Aduh kok jadi mbulet begini. Baiklah mari kita permudah.
Kapankah kita bisa mendengarkan dengan baik? Pasti saat kita sedang dalam keadaan tenang. Bukan hanya raga kita yang tenang, tetapi hati juga tenang. Seperti saat malam tiba, di mana kebisingan sudah berkurang, badan juga sudah tidak melakukan banyak kegiatan, pikiran juga sedikit reda, pasti telinga kita mampu mendnegar suara yang lembut sekalipun. Keheningan adalah alat bantu dengar yang mujarab.
Pernahkah kita mengheningkan diri yang bukan tidur? Karena ada orang hanya hening saat tertidur saja. Bahkan masih banyak orang pada saat tidur juga tidak hening. Giginya masih berbunyi seperti sedang makan tulang, atau ada musik keluar dari mulutnya, dll. Maka, kapankah kita benar-benar mengheningkan diri kita, mengistirahatkan badan, pikiran dan hati. Diam, tenang dan hening.
Mengapa begitu penting mengheningkan diri? Karena hanya dengan itu kita bisa mendengar suara yang tidak mampu ditangkap oleh telinga dan hanya bisa sitangkap langsung oleh hati. Suara "aku cinta padamu" yang tidak mampu ditangkap oleh telinga tetapi bisa ditangkap oleh hati, kalau badan, pikiran dan hati orang itu hening.
Dan secara sederhana itulah arti sebuah doa. Berdoa pertama-tama bukan saat mulut kita berbuih-buih melafalkan banyak kalimat mantra. Tetapi saat kita hadir di hadapan Tuhan dengan hati tenang. Kita tentu ingat saat Eli berkata kepada Samuel kalau dia mendengar suara lagi, Eli meminta Samuel menjawab, "bersabdalah ya Tuhan, hambamu mendengarkan". 
Atau saat Yesus menyatakan bahwa mereka yang mampu mendengarkan Sabda Tuhan dan melaksanakan adalah saudara-saudara Yesus. Bagaiamnakah mendengarkan Sabda itu? Apakah sama dengan saat mendengarkan Sabda Tuhan di Gereja pada perayaan Ekaristi?
Memang pada awalnya Sabda itu adalah bacaan Suci yang kita dengarkan pada perayaan Ekaristi. Tetapi kemudian Sabda itu bukanlah apa yang kita dengar melalui telinga. Tetapi Sabda yang langsung ditangkap dengan hati. Sabda itu bukan terdiri dari banyak kata dan kalimat. Sabda itu hanya berisi tiga kata saja, "Aku cinta padamu". Jika hati kita mendengar Allah berkata, "Aku cinta padamu" akankah jiwa kita tidak tergetar? 
Mungkin perlu latihan agar kita bisa sungguh-sungguh hening dan mampu hadir di hadapan Tuhan sepenuh hati. Misalnya setiap hari menyempatkan diri selama 5 menit. Iya lima menit saja untuk hadir di hadapan Tuhan dengan pikiran dan hati hanya berpaut pada Tuhan. Mungkin sebagai penolong kita bisa menaruh salib atau gambar Yesus di hadapan kita. Kita pusatkan pandangan pada salib atau gambar Yesus tersebut. Baru kemudian kita pejamkan mata. 
Jika sudah mampu bertahan dengan 5 menit baru ditingkatkan sampai 7 menit, demikian seterusnya. Batas maksimal berapa menit? Mungkin 20 menit cukup. Kecuali memang Anda sungguh berminat, Anda bisa melakukannya 20 menit setiap pagi dan 20 menit setiap malam. 
Oh iya, saat memejamkan mata pasti akan ada banyak godaannya. Godaan pertama adalah pikiran yang langsung melayang-layang ke tempat lain. Itu godaan normal tingkat pertama. Namun kali ini saya tidak mau membahas ini, di lain kesempatan akan saya bahas soal godaan-godaan ini dan bagaimana menghadapinya.
Saat ini saya hanya ingin mengajak Anda kalian untuk menyempatkan diri hening demi mendengarkan sapaan Tuhan, "Aku cinta padamu". Dan yakinlah saat hati ini sungguh menangkap ungkapan, "Aku cinta padamu," dia hanya ingin mendengar lagi dan lagi. Bahkan dia tidak menghiraukan kalau harus disebut gila. Karena memang dia gila, lebih tepatnya tergila-gila pada Dia yang mengungkapkan cinta-Nya.

Hong Kong, 27 Januari 2014

Comments

Popular Posts