Surat Paus Fransiskus kepada Para Karmelit



               
Saya tujukan pada kalian, saudara-saudara Ordo Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel yang terkasih, yang merayakan dalam bulan September ini Kapitel Jenderal. Dalam saat rahmat dan saat pembaharuan, yang memanggil kalian untuk menegaskan misi gemilang Ordo Karmel, saya ingin memberikan satu kata yang menyemangati dan memberi harapan. Kharisma Karmel awali selama 8 abad telah menjadi hadiah bagi seluruh Gereja, dan juga sekarang masih terus menawarkan sumbangannya yang khas bagi pembangunan Tubuh Kristus dan untuk menunjukkan kepada dunia wajah yang bercahaya dan kudus. Asal-usul kontemplatif kalian mengalir dari tanah epifani kasih abadi Bapa dalam Yesus Kristus, Sabda yang menjadi manusia. Sambil merenungkan panggilan Karmel dewasa ini, saya mengusulkan untuk mempertimbangkan tiga unsur yang dapat membimbing kalian dalam merealisasikan secara penuh panggilan kalian yang adalah mendaki gunung kesempurnaan: Obsequio Iesu Christi, doa dan tugas perutusan [misi].

Obesequio
Gereja mempunyai misinya membawa Kristus pada dunia dan untuk itu, sebagai Ibu dan Guru, mengundang masing-masing untuk mendekatkan diri pada Dia.
Dalam liturgi Karmel untuk pesta Maria Gunung Karmel, kita mengontemplasikan Sang Perawan yang berdiri “di dekat Salib Kristus”. Itu adalah tempat Gereja: dekat pada Kristus. Dan adalah juga tempat setiap anak Ordo Karmel yang setia. Regula kalian mulai dengan anjuran pada para saudara untuk “menghayati suatu hidup mengikuti Yesus Kristus”, untuk mengikuti dan melayaniNya dengan hati murni dan tak terbagi. Relasi erat dengan Yesus terwujud dalam kesendirian [keheningan], dalam pertemuan persaudaraan dan dalam misi. “Pilihan fundamental suatu hidup yang secara konkret dan radikal diabdikan pada mengikuti Kristus” (RIVC 8) membuat eksistensi kalian sebagai suatu perjalanan transformasi dalam cinta. Konsili ekumenis Vatikan II mengingatkan peran kontemplasi dalam perjalanan hidup: Gereja “sejatinya mempunyai  ciri pada saat yang sama manusiawi dan ilahi, kelihatan tetapi dianugerahi realitas yang tak kelihatan, semangat untuk bertindak, tetapi mendalam dalam kontemplasi, hadir di dunia ini, tetapi sebagai peziarah” (SC 2). Para Karmelit perdana di Gunung Karmel menjaga ingatan akan tempat suci itu, juga bahkan ketika mengalami pembuangan dan jauh  dari tempat itu, mereka menjaga pandangan dan hati secara terus-menerus terarah pada kemuliaan Tuhan. Merenungkan asal-usul dan sejarah kalian dan merenungkan barisan panjang meraka yang telah menghidupi kharisma Karmel berabad-abad, kalian menemukan juga panggilan anda dewasa ini sebagai nabi pengharapan. Dan tepatnya dalam pengharapan inilah kalian akan dilahirkan kembali. Sering apa yang nampak baru adalah suatu yang lama yang diterangi oleh terang baru.
Dalam Regula kalian terdapat jantung misi Karmel dulu dan juga sekarang. Sementara mendekati peringatan 8 abad wafat Albertus, Patriark Yerusalem pada tahun 1214, kalian akan ingat  bahwa dia telah memformulasikan “suatu cara hidup“, suatu ruang yang memampukan kalian untuk menghidupi suatu spiritualitas yang diarahkan pada Kristus. Ia menggariskan baik unsur eksternal maupun internal, suatu ekologi fisik tentang ruang dan senjata rohani yang dibutuhkan untuk menjawabi secara adekwat dan memenuhi panggilannya secara manjur.
Dalam dunia yang kerap mengerti Kristus dengan keliru, dan bahkan menolaknya, kalian dipanggil untuk mendekatkan diri dan menyatukan diri lebih dekat denganNya. Ini adalah suatu panggilan terus-menerus untuk mengikuti Kristus dan menjadi serupa dengan Dia. Ini begitu penting dalam dunia kita yang kehilangan arah: “sebab ketika nyala iman padam, juga semua terang yang lain berakhir dengan kehilangan cahayanya“ (Lumen Fidei, 4). Kristus hadir dalam persaudaraan kalian, dalam liturgi komuniter, dan dalam pelayanan yang diserahkan pada kalian: perbaharui kemuridan seluruh hidup kalian!

Doa
                Bapa Suci Benediktus XVI, sebelum Kapitel Jenderal 2007, mengingatkan kalian bahwa “perjalanan batin  iman menuju Tuhan dimulai dalam doa“; dan di Caster Gandolfo pada Agustus 2010 berkata pada kalian: “Kalian adalah mereka yang mengajar berdoa“. Kalian mendifinisikan diri sebagai kontemplatif di tengah umat. Pada kenyataannya, jika benar bahwa kalian dipanggil untuk hidup di ketinggian Karmel, sama benarnya bahwa kalian dipanggil untuk memberi kesaksian di tengah umat. Doa adalah “jalan besar” itu yang terbuka pada kedalaman misteri Allah yang Tritunggal, tetapi juga menjadi “jalan kecil“ wajib di tengah umat Allah peziarah dalam dunia menuju Tanah Terjanji.
                Salah satu jalan yang paling indah  untuk masuk dalam doa  adalah lewat Sabda Tuhan. Lectio Divina membawa kalian secara langsung dalam dialog dengan Tuhan dan ini membukakan bagi kalian harta kebijaksanaaan. Persahabatan yang erat dengan Dia yang mencintai kita membuat kita mampu melihat dengan mata Tuhan, berbicara dengan SabdaNya dalam hati, menjaga keindahan pengalaman ini dan membagikannya dengan mereka yang lapar akan keabadian.
                Kembali pada kesederhanaan suatu hidup yang terpusatkan pada Injil adalah tantangan bagi pembaharuan Gereja, komunitas iman yang selalu menemukan jalan-jalan baru bagi evangelisasi dunia dalam tranformasi terus-menerus. Para kudus Karmel telah menjadi pengkotbah-pengkotbah besar dan guru-guru doa. Inilah yang dibutuhkan sekali lagi dari Karmel di abad ke duapuluh-satu. Secara terus-menerus sepanjang sejarah kalian, tokoh-tokoh besar Karmel berusaha memanggil kalian untuk kembali ke akar kontemplasi, akar yang selalu subur dalam doa. Di sinilah jantung kesaksian kalian: dimensi “kontemplatif“ Ordo, untuk dihayati, ditumbuhkan, dan diteruskan. Saya ingin agar masing-masing bertanya: bagiamankah hidup kontemplatif saya? Berapa waktu yang saya berikan dalam sehari untuk doa dan kontemplasi? Seorang  karmelit tanpa hidup kontemplatif ini adalah (seperti) mayat! Sekarang, mungkin lebih dari masa lampau, gampang membiarkan diri dialihan oleh kekhawatiran-kekhawatiran dan dari problem-problem dunia kita dan membiarkan diri dipikat oleh berhala-berhala palsu. Dunia kita terpecah-pecah dalam banyak cara; seorang kontempatif sebaliknya kembali pada kesatuan dan dengan kuat menyerukan panggilan pada kesatuan. Sekarang lebih dari saat-saat lampau, adalah saat untuk menemukan kembali jalan batin kasih lewat doa dan menawarkan pada manusia sekarang dalam kesaksian kontemplasi, juga dalam kotbah, bukan solusi-solusi mudah, tetapi kebijaksanaan yang muncul dari merenungkan“hukum Tuhan siang dan malam“, Sabda yang selalu memimpin pada salib mulia Kristus. Disatukan dalam kontemplasi dan kedisiplinan hidup, yang bukanlah sekedar unsur sekunder dalam hidup dan kesaksian kalian. Adalah suatu godaan yang kuat bahkan juga bagi kalian  yakni jatuh dalam spiritualutas duniawi. Semangat duniawi adalah musuh hidup doa: jangan pernah lupa ini! Saya menganjurkan kalian:  untuk suatu hidup yang lebih disiplin dan pertobatan, menurut tradisi kalian yang asli, suatu hidup yang jauh dari hal-hal duniawi, jauh dari kriteria dunia.

Perutusan (Misi)
                Saudara-saudara karmelit terkasih, tugas perutusan kalian adalah sama dengan tugas perutusan Yesus. Setiap rencana, setiap pembicaraan kiranya tidak akan banyak berguna, jika Kapitel tidak mewujudkan pertama-tama suatu perjalanan untuk pembaharuan sejati. Keluarga Karmel telah mengenal suatu “musim semi“ yang mengagumkan,  di seluruh dunia, di mana buahnya diberikan oleh Tuhan, dari keterlibatan tugas perutusan di masa lampau. Dewasa ini tugas perutusan  membawa tantangan yang berat, karena pesan injili tidak selalu diterima dan tak jarang bahkan ditolak dengan kekerasan. Janganlah pernah kita lupakan, bahkan jika dilemparkan dalam air yang deras dan membingungkanpun, Dia yang memanggil kita untuk tugas perutusan, juga memberi kita keberanian dan kekuatan untuk mewujudkannya. Karena itu, rayakanlah Kapitel dijiwai oleh pengharapan yang tidak pernah mati, dengan semangat kemurahan hati dalam usaha mengembalikan hidup kontemplatif, kesederhanaan hidup dan ugahari injili.
                Dalam sambutan saya pada peziarah di lapangan St. Petrus saya menemukan kesempatan untuk mengatakan: “Setiap orang kristen dan setiap komunitas adalah misionaris sejauh mereka membawa pada orang lain dan menghayati Injil  dan memberi kesaksian akan cinta Tuhan bagi semua, terutama bagi mereka yang ada dalam keselitan. Kalian adalah misionaris cinta dan kelembutan Allah! Kalian adalah misionaris belaskasih Allah, yang selalu mengampuni, selalu menanti kita dan begitu mencintai kita!“ (Kotbah 5 Mei 2013). Kesaksian Karmel di masa lampau adalah suatu tradisi spiritual yang tumbuh dalam salah satu di antara sekolah-sekolah doa besar. Kesaksian ini telah membangkitkan keberanian pria dan wanita yang telah menghadapi bahaya bahkan juga kematian. Kita mengingat hanya dua martir besar di jaman kita ini: St. Teresa Benedikta dari Salib dan Beato Titus Brandsma. Karena itu saya bertanya: sekarang di antara kalian, masihkah kalian memiliki daya tahan dan keberanian orang-orang kudus ini?
                Para saudara Karmel, kesaksian kasih dan pengharapan kalian, berakar dalam persahabatan yang mendalam dengan Allah yang hidup, dapat sampai seperti suatu “angin sepoi-sepoi” yang membaharui dan membuat muda panggilan gerejawi kalian di dunia sekarang. Pada apa kalian telah dipanggil. Ritus profesi meletakkan pada bibir kalian kata-kata ini: “Dengan pengucapan kaul ini saya menyerahkan diri pada persaudaraan Karmel, untuk menghayati hidup pengabdian kepada Allah dan dalam Gereja, dalam cinta kasih yang sempurna, dengan rahmat Roh Kudus dan bantuan Santa Perawan Maria” (Ritus Pengucapan Kaul Ord. Karmel).

                Semoga Santa Perawan Maria, Bunda dan Ratu Karmel,  menyertai langkah-langkah kalian dan membuat subur dengan buah-buah perjalanan sehari-hari menuju Gunung Tuhan. Bagi seluruh keluarga Karmel, dan secara khusus bagi para Bapa [peserta] Kapitel, saya memohonkan rahmat melimpah dari Roh Ilahi, dan bagi semua dengan sepenuh hati saya melimpahkan Berkat Apostolik.  

Dari Vatikan, 22 Agustus 2013
Fransiskus

* Terjemahan dari surat asli dibuat oleh Rm. Ignatius Budiono, O.Carm

Comments

Popular Posts