Aku percaya akan Tuhan...

Halo Romo Waris,


Apa kabar? Semoga baik. Ini topik kendimu untuk mudikalink bulan depan Romo. Kalau bisa di jawabnya tolong tidak lebih lambat dari tgl 25 ya Romo.


Sekarang, di komunitas-komunitas dan negara-negara yang boleh dibilang lebih "progresif" dan "sekular" seperti negara-negara Barat, banyak orang apalagi anak-anak muda yang tidak memiliki agama atau kata lainnya adalah "ateis"/"free thinker". Orang-orang yang tidak memiliki agama ini tidak mempercayai adanya Allah dan perbedaan pikiran ini seringkali membuahkan masalah. Dari pengalaman saya sendiri, saya pernah menjumapi beberapa umat Katolik yang mengatakan bahwa orang-orang ateis tidak memiliki arahan dalam hidup dan lebih memungkinkan bagi mereka untuk terjerumus ke jalan yang salah. Sebaliknya beberapa kaum ateis mempunyai opini yang kuat bahwa banyak penganut agama itu arogan dan radikal. Sebagai seorang Romo, apa pendapat Romo tentang ateisme? Apakah benar mereka tidak mempunyai arahan hidup? Haruskah kita mengenalkan agama kita ke mereka dengan lebih dalam?

.....

Hallo Maureen, terimakasih atas emailmu. Kali lalu kamu menanyakan soal homoseksualitas, dan sekarang soal ateisme. Sebuah tema yang sangat mendalam. Cukup lama saya merenungkan tema ini agar bisa menulisnya dengan sederhana.
Tema yang kamu ajukan ini juga diajukan oleh beberapa teman muda yang lain. Intinya ada kegelisahan. Kegelisahan akan Tuhan. Sesuatu yang baik, kalau dilihat dari kacamata pencarian kebenaran.
Sebelum aku menjawab pertanyaanmu, aku bercerita sedikit mengenai Santa Edith Stein. Dia perempuan hebat yang terus mencari kebenaran. Pada usia 15 tahun ia menyatakan diri sebagai ateis. Padahal keluarganya adalah penganut Yahudi yang taat. Edith kecil merasa tidak menemukan 'something' dalam aktivitas keagamaan dalam Yahudi. Dia memutuskan untukntidak memercayai adanya Tuhan. Dia mulai mencari dia manakahnkebenaran itu,mdan seperti apakah kebenaran itu.
Selesai menamatkan pendidikan menengah,mdia melanjutkan kuliah psikologi.mdia berpikir bahwa psikologi akan membantunya menemukan kebenaran. Ternyata dia tetapntidak menemukannya. Makandia pindah jurusan kuliah. Dia sekarang belajar filsafat. Dia berharap bahwa filsafat bisa menuntunnya menemukan kebenaran. Dia selesaikan hingga meraih doktor, toh kebenaran belum ia temukan. Hingga suatu saat ia menginap di rumah temannyabyang sedang pergi berlibur. Di perpustakaan pribadi temannya itu ia membaca buku autobiografi santa Teresia Avilla. Dia baca buku itu dari sore hingga pagi. Selesai membacanya ia menutup buku itu seraya berkata, 'ini kebenaran'. Dia menemukan kebenaran dalam diri Yesus. Maka dia mulai mempelajari agama Katolik, lalu masuk menjadi suster, dan akhirnya meningga sebagai martir tahun 1942.

Munculnya ateisme
Ateisme muncul karena manusia gagal memahami Allah. Manusia berusaha mengerti Allah namun tidak dapat. Maka mereka memutuskan untuk tidak memercayai Allah lagi. Kelompok ini berpikir bahwa karena Aalah tidak bisa dijelaskan, tidak bisa dipahami, maka Allah itu tidak ada. Mereka memiliki prinsip bahwa sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan nalar adalah tidak ada.
Bagi saya pemahaman semacam ini cukup naif. Karena ada banyak hal di dunia ini yang tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat, tetapi ada. Saya beri gambaran 'cinta'. Cintanitu ada. Tetapi bagaimana wujudnya, bagaimana dayanya, tidak bisa kita nalar. Ia tidak bisa kita raba, tidak bisa kita dengar,mtidak bisa kita rasa. Tetapi dia ada. Cinta bisa dialami. Orang bisa jauh cinta. Orang akan mampu memahami realitas cinta itundalam relasi dengan sesama. Demikianpun Tuhan Allah. Kita bisa merasakan kehadiran dan keberadaan-Nya dalam relasi dengan-Nya.
Hal kedua mengapa seseorang mulai meninggalkan Tuhan dan agama, karena mereka kecewa dengan sikap para pengikut Tuhan/pemeluk agama. Seperti yang kamu sampaikan, banyak para pemeluk agama itu bersikap arogan. Sehingga membuat banyak orang kecewa atau sakit hati. Atau misalnya banyak para pengikut Tuhan yang sikap dan perilakunya bertentangan dengan ajaran Tuhan, sehingga membuat banyak orang enggan memercayai Tuhan.
Tentu sikap ini juga kurang dewasa. Karena perilaku yang kurang baik dari para penganut Tuhan, bukanlah akibat dari tiadanya Tuhan. Itu hanyalah sebuah alasan yang dicari untuk meninggalkan Tuhan. Karena pada dasarnya relasi manusia dengan Tuhan adalah relasi pribadi.
Hal lain adalah faktor kesabaran. Banyak orang menjadi ateis karena kurang sabar. Ya, salah satu perbedaan antara orang percaya kepada Tuhan dengan orang ateis adalah soal kesabaran. Orang yang percaya kepada Tuhan biasanya lebih menghargai proses layaknya evolusi. Sedangkan orang ateis lebih menyukai sesuatu yang serba cepat, arti lainnya revolusi. KarenanTuhan dipandang lambat, maka banyak orang mulai meninggalkan Tuhan.

Arahan hidup
Ketika berbicara soal arahan hidup, kita berbicara mengenai sebuah titik akhir dari kehidupan. D sinilah juga terdapat satu perbedaan besar antara orang ateis dan bukan.
Mereka yang percaya kepada Tuhan biasanya memercayai adanya kehidupan setelah kematian. Di mana kematian bukanlah akhir dari kehidupan. Kmatian hanyalah peralihan dari kehidupan yang sementara ke kehidupan yang kekal. Arahan hidup di sini mencakup seluruh kehidupan, bukan hanya kehidupan di alam fana, tetapi juga kehidupan di alam baka. Nah, di sinilah kaum ateis tidak memiliki gambaran akan kehidupan setelah kematian. Karena bagi orang yang percaya kepada Tuhan, kehidupan setelah kematian adalah persatuan dengan Tuhan. Sedangkan orang ateis tidak percaya kepada Tuhan, maka ia juga tidak akan mengalani proses persatuan dengan Tuhan.
Adanya harapan akan kehidupan yang lebih baik di alam nanti. Aanya kebahagiaan kekal bersama Tuhan, membuat seseorang hlebih terarah hidupnya. Inilahi yang dimaksud arahan hidup. Di mana ada penuntun bagi seseorang untuk masuk ke dalam persatuan dengan Tuhan.

Penutup
Paparan yang saya buat ini sifatnya masih sangat mendangkal. Ada banyak keberatan yang bisa diajukan, dan ada banyak diskusi yang masih bisa dilakukan. Namun satu hal yang pasti, hasil diskusi tidak akan membuat Tuhan serta merta ada atau tidak ada. Karena apa yang tidak ketahui belum tentu tidak ada.

Comments

Popular Posts