PPSSTTT… TENANG dikit napa?!

Kawan, kalian mungkin pernah mengalami gelisah yang amat sangat. Aku sering mengalaminya. Dikejar deadline pekerjaan, tugas, masalah; yang seolah menumpuk menjadi satu. Saat itu kita seolah bingung menentukan, mana dulu yang mesti dikerjakan, karena semua menuntut segera diselesaikan.
Kawan, kalian mungkin pernah mengalami kebingungan mau menyelesaikan pekerjaan yang mana. Semua minta dinomorsatukan. Karena bingung tak satupun bisa diselesaikan, padahal kita sepertinya telah bekerja keras. Aku kerap mengalaminya.
Terakhir mengalami, mungkin ini puncak dari segala kegelisahan dankebingungan. Ada banyak janji yang mesti dipenuhi, ada banyak permintaan yang mesti dituntaskan. Akhirnya, aku hanya bingung sendiri, mondar-mandir, persis setrikaan. Mungkin karena bosan melihat saya bingung dan gelisah sehingga membuat pemandangan kantor menjadi nggak enak buat dipandang, teman saya berkomentar, “ppssttt.. tenang dikit napa?!”
“Eh lu enak ya ngomong, tenang dikit, gimana mau tenang banyak urusan nih belum kelar!” sunggut saya menjawab komentar teman tadi. Bukannya diam, dia malah menambahi dengan kalimat yang agak menusuk juga. “emangnya masalahmu bisa selesai kalau kamu mondar-mandir kayak setrikaan gini? Emang semua tugas dan tanggunganmu akan kelar dengan menggerutu dan mengumpat ngalor ngidul ga karuan gitu. Udah sana, duduk diam. Kalau ga tahu apa yang mesti dibuat, ya diam aja, ga usah macem-macem, diam dan tenangkan kepalamu, tenangkan hatimu. Mungkin terlalu banyak hal busuk dalam kepalamu, kali aja dengan duduk diam bisa agak jernih.”
Gila benar teman saya ini. Waktu udah mepet gini dan banyak tugas belum kelar kok malah nyuruh aku duduk diam. Tapi karena aku emmang sedang bingung, gelisah dan tak tahu mesti mana dulu yang harus dikerjakan, ya aku turuti perkataannya. Aku duduk diam, memejamkan mata, dan mulai melepaskan satu persatu beban di kepala.
Baru duduk sekitar sepuluh menit tiba-tiba muncul ide di kepala, kenapa aku nggak ke gunung aja. Di sana khan bisa lebih tenang, bisa berduaan dengan alam menimba kesegaran. Maka kuputuskan hari itu aku pulang kantor duluan, meminta ijin untuk memulihkan tenaga dengan mencari ketenangan.
Kawan, usahaku lumayan berhasil. Dengan menyisihkan waktu sejenak untuk tenang, sama artinya memberi kesempatan buat badan dan jiwa ini memulihkan tenaga. Hasilnya pun luar biasa, banyak persoalan yang sepertinya tak terselesaikan itu bisa mulai terurai perlahan.
Menyisipkan waktu buat tenang sejenak bersama alam, juga bersama Penguasa Alam, seperti seorang tukang yang menyisipkan waktu buat mengasah peralatan pahatnya. Setelah cukup mengasah, pahat itu akan lebih tajam untuk menyelesaikan ukiran-ukiran.
Kawan, sekali waktu kalian bisa mencoba apa yang pernah kulakukan. Menyisipkan waktu untuk sendiri, diam bersama alam, tentu saja juga bersama Penguasa Alam. Semoga akhir pekan kalian sungguh menggembirakan.
Salam.
Melbourne, 06-02-10 -10.02,06 am (hmm angka yang baik lagi)



Comments

Popular Posts