Sedih Hatiku

Sungguh sedih hatiku.
Begitu Messi melesakkan gol yang kedua bagi Barca, langsung HP aku matikan. Tidak akan tahan rasanya hati ini 'diteror' teman-teman karena tim kesayanganku kalah.
Ketika Eto'o membuat gol yang pertama aku masih bisa menerima, pertandingan masih lama. Ketika teman-teman menelfon dan kirim sms, aku masih bisa berujar, 'yang tertawa dahulu akan menagis kemudian'. Tetapi mereka tidak tertawa, mereka hanya tersenyum. Ketegaranku runtuh tatkala Messi menanduk bola umpan matang dari Xavi.
Remuk hatiku. Tak terbayangkan mendengar celoteh di meja makan yang mengatakan bahwa MU akhirnya menang....is tersedu. Tak bisa kutatap rona-rona gembira wajah mereka. Di rumah ini hanya aku sendiri pendukung MU, yang lain pembela Barca. Mereka akan bersorak senang, sedang aku tertunduk lesu.

Aku tak akan berani mengaktifkan HP, aku juga tidak akan membuka koran bagian olah raga. Di internet pun, bagian sepak bola akan aku hindari. Tak sanggup aku menahan kesedihan itu.
......................
Terkadang aku heran dengan diriku sendiri. Terhadap MU, tim kesebelasan yang tidak pernah bersentuhan langsung denganku, yang tidak pernah menambahkan sesuatu yang baru dalam hidupku, yang tidak akan membantu jika aku dalam kesulitan, aku bisa begitu sedih.
Mengapa aku tidak merasakan kesedihan yang sama terhadap Penciptaku. Mengapa aku tidak memiliki perasaan yang menggetarkan jiwa terhadap Pembentuk hidupku. Mengapa hubunganku dengan Sang Khalik hanya sebatas kepala, mengapa tidak pernah benar-benar turun ke dalam hati, merasuk pori-pori emosi? Mengapa gelora hubunganku dengan Yesus terkadang kalah intim jika dibandingkan dengan tim sepak bola kesayangan? Seandainya gelora cintaku kepada-Mu menggebu-ngebu seperti kepada tim sepak bola mu.
Hari ini aku sedih, sangat sedih.
Di manakah akan kutemukan penghiburan sejati, yang akan merengkuh pundakku dan mengatakan, 'Mereka tidak akan ke mana-mana. Mereka tidak akan mampu memisahkan Aku dan kamu. Karena Aku telah meminta demikian kepada Bapa. Dunia memang akan membenci Kita, karena Kita bukan dari dunia'.
Terima kasih Yesus, akan kujejalkan penghiburan-Mu dalam relung hatiku.
Hatiku sungguh sedih, bersama pemazmur kuingin mereguk ketenangan dari-Mu, redakan gemuruh sesak di hati.
..." Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair.
...Demikianlah aku memandang kepada-Mu di tempat kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu.
...Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau.
...Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu." (Mzm 63:2-5)

Comments

Popular Posts