GRATIS

(Kamu telah memperolehnya dengan cuma-Cuma, maka berikanlah dengan Cuma-Cuma. Mat 10:8)
Harian Jawa Pos tanggal 23 Arpil menampilkan berita yang menusuk hati. Digambarkan di sana ada dua kegiatan mengantre. Yang pertama adalah kegiatan mengantre BLT di kabupaten Purbalingga, sedangkan antrean kedua terjadi di mall senayan city, mereka mengantre untuk membeli berlian.


Serupa tapi tak sama. Yang mengantre BLT datang pagi-pagi, mesti membawa surat-surat lengkap, seperti kartu keluarga dan surat keterangan tidak mampu dari perangkat deda. Suasana di dua antrean itu juga berbeda. Di Purbalingga antrean diwarnai kekecewaan, karena banyak warga tidak bisa mendapatkan BLT karena persyaratan tidak lengkap. Di Mall Senayan City diwarnai kegembiraan, karena mesti telah mengantre berjam-jam lamanya, mereka puas karena mendapat potongan harag yang besar.
Dalam suatu kesempatan, kartun Panji Koming pernah mengkritik kondisi social masyarakat Indonesia. ‘Dari jaman Majapahit sampai jaman Reformasi kok selalu ngantre’, demikian bunyi komentar yang disampaikan Pailul, tokoh dam kartun tersebut. Menurut banyak orang zaman makin susah, segala sesuatu mesti membayar, tidak ada lagi yang gratis.
Benarkah tidak ada lagi yang gratis? Ada banyak kesalahan jika segala sesuatu harus membayar. Untuk mendapat pendidikan yang baik seseorang mesti membayar sangat mahal, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai pasien juga harus membayar mahal, bahkan untuk mendapatkan air bersih mesti membayar juga. Jangan-jangan dikemudian hari untuk mendapatkan udara yang bersih kita juga harus membayar.
Masih adakah yang tersisa? Apakah cinta dan kasih saying juga mulai diberi harga? Apakah anak-anak mendapatkan cinta yang cukup secara gratis? Apakah ibu rela menyusui anaknya hingga usia satu tahun? Jangan-jangan para bayi hanya diberi susu sapi demi menjaga keindahan tubuh sang ibu. Mungkin hanya ada satu diantara seribu ibu yang tega seperti itu. Bagaimana dengan orang lain? Apakah kita memilki banyak cinta yang siap kita berikan secara gratis kepada setiap orang yang kita jumpai, meski kita tidak mengenalnya?
Kita telah menerima cinta dari Tuhan secara gratis. Mestinya kita juga berani memberikannya secara gratis pula. Apalagi kalau kita berani membagikan barang-barang yang kita miliki secara gratis pula. (pws)

Comments

Popular Posts